Sabtu, 16 April 2016

Febrile Seizure

Febrile Seizure...!

Hai, udah lama nih saya gak posting.. Ketemu lagi di postingan saya, terimakasih buat yang sudah mau meluangkan waktunya buat baca postingkan saya ini.. Seperti biasa ya,, semoga bermanfaat..! :D
Kali ini saya akan membahas tentang 'Febrile Seizure! Apa sih febrile seizure itu?
Febrile seizure atau dalam bahasa Indonesia yaitu Kejang Demam.. Nah apa itu? Seperti namanya ada kejang dan ada demam.. Jadi, ini berarti kejang yang terjadi saat demam..! (yeay..!) Apa sih kejang demam itu? Yuk mari dibaca lebih lanjut lagi :) :)

Kejang demam biasanya terjadi pada anak-anak yang umumnya bisa terjadi pada usia 6 bulan sampai 5 tahun dimana paling sering ditemukan pada usia 18 bulan, dengan terjadinya kejang disertai demam sebelumnya yang cukup tinggi (sekitar 38 derajat C). Oh ya, ini harus dibedakan dengan kejang biasa ya (epilepsi / ayan) karena syaratnya terjadi kejang demam itu harus ada demam sebelumnya ya :) Masih inget cerita orangtua kita yang bilang kalau anak kecil demam itu gak boleh dibiarin berlama-lama, takutnya step (dibaca setep)? Nahh ini dia yang dimaksud.. Kejang demam dimana anak-anak bisa mengalami kejang karena suhu tubuh yang tidak normal sehingga menyebabkan terjadinya kejang..! Loh kok bisa?

http://www.omicsonline.org/china/febrile-seizure-peer-reviewed-pdf-ppt-articles/

 Tentu bisa.. Tapi memang ini tidak terjadi pada semua anak-anak loh.. Karena menurut penelitian, penyebab terjadinya kejang yang disebabkan oleh adanya demam adalah karena adanya 3 faktor yaitu:
1. imaturitas otak (otak belum berkembang dimana ini berhubungan dengan kinerja saraf pada otak yang masih belum berkembang baik);
2. demam pada anak (jelas karena ini kejang demam) yang menurut ilmu kedokteran pada saat demam tubuh akan mengeluarkan berbagai faktor inflamasi (bisa dibilang faktor pencetus naiknya suhu tubuh) yang juga memengaruhi keadaan normal otak; dan
3. predisposisi genetik atau bisa dibilang juga faktor keturunan, yah memang hal ini belum terbukti secara klinis walaupun ada beberapa penelitian yang menyebutkan hubungan genetiknya loh :)

Nahh, dari 3 faktor diatas, bisa dibilang semuanya saling berkaitan untuk terjadinya kejang demam ini..! TAPI... ada TAPI nya lohh.. Ternyata ada beberapa faktor resiko kenapa anak bisa mengalami kejang demam seperti ini, apa sih faktor resikonya? Pertama perlu kita ketahui kalau faktor resiko adalah faktor yang bisa menyebabkan / memperberat suatu penyakit walaupun itu tidak secara langsung terjadi (biasanya butuh waktu cukup lama).. Nah apa sajakah itu? Menurut penelitian, faktor resiko dari kejang demam ini tidak lain dan tidak bukan yaitu: Riwayat Ibu MEROKOK / ALKOHOL, nah buat calon mama-mama yang baca.. Jangan dilakukan ya :) kasihan anaknya.. dan faktor lainnya yaitu TIDAK MENYUSUI,, nah ASI itu penting banget lohh..! :)

Baiklah, mari kita lanjut ke bagian berikutnya...Seperti apa ya kejang demam ini?? (Bisa dilihat di videonya :))
Pernah lihat kejang / ayan seperti di film-film? (pernah dong ya..? Hehe..) Nah ini kira-kira seperti itu, bedanya ini terjadi pada anak-anak dan tanda dari kejang ini yaitu kejang yang terjadi menyeluruh di seluruh tubuh :) Buat mama-mama dan papa-papa yang punya adik kecil masih bayi, perlu diingat kalau anak kejang, apakah dia sedang demam sebelumnya??? Kalau iya dan memang sebelumnya anak tidak pernah kejang tanpa demam,, berarti ini adalah kejang demam ya..

 
 http://www.babycenter.com/0_febrile-seizures-in-babies_1439648.bc
 
Oke deh, daripada berlama-lama dan bikin bosan yang baca, langsung saja ya kita mulai pada apa yang harus dilakukan kalau anak sedang kejang :)

1. HIndarkan barang-barang yang bisa melukai anak sewaktu kejang
2. JAngan panik apalagi anak di goyang-goyangkan (jangan diguncang), biarkan kejang berhenti sendiri
3. Buka atau longgarkan pakaian anak supaya jalur napas tidak terganggu
4. MIRingkan tubuh anak setelah kejang berhenti supaya anak tidak tersedak karena ini berbahaya dan anak biasanya lemas setelah kejang terjadi
5. Ayo segera bawa ke RS untuk konsultasi ya..! JANGAN anggap sepele karena belum tentu ini cuma kejang demam :) Lebih baik jaga-jaga bukan? Hehe..

Nah, sebelum dibawa ke RS, jangan lupa untuk mengingat-ingat hal-hal ini ya..
1. BAgaimana cara kejang anak seperti apakah kejangnya?
2. DUrasi dari kejang yang terjadi? Apakah < 15menit atau lebih?
3. Sudah berapa kali anak mengalami hal yang sama?
4. Sudah berapa lama anak demam dan karena apa? Hal ini diperlukan oleh dokter untuk mengetahui seberapakah derajat kejang demam yang terjadi pada si adik kecil loh :)

Okee.. Akhirnya kita sampai di kesimpulannya.. :) Jadi sebenarnya kejang demam itu bukan sesuatu yang bisa membahayakan kalau kita sigap melihat dan menjaga si kecil loh.. Jangan lupa poin-poin diatas ya kalau seandainya anak mengalami kejang demam :) Dari huruf kapitalnya.. Bisa dibaca HIJAB-MIRA BADUSS (monggo dilihat keatas..) Sedikit typo dari bagus jadi badus, supaya kita bisa ingat :D (alasan).. Hehehehe... Jadi sekian tulisan saya kali ini, komentar dan saran sangat diterima :) :) Terimakasih sudah membaca dan semoga bermanfaat semuanya..! Oh ya,, dibawah ini ada video terkait apa yang harus kita lakukan loh kalau anak kejang demam, yuk disimak :D





SUMBER-- My Note

1. Hussain S, Tarar SH, Sabid MUD. Febrile seizrues: demographic, clinical and etiological profile of children admitted with febrile seizures in a tertiary care hospital. J Pak Med Assoc. 2015 Sep;65(9):1008-10.
2. Yousefichaijan P, Dorreh F, Abbasian L, Pakniyat AG. Assessing the prevalence distribution of abnormal laboratory tests in patients with simple febrile seizure. J Pediatr Neurosci. 2015 Apr-Jun; 10(2): 93–97 doi: 10.4103/1817-1745.159180
3. Lilihata G dan Handryastuti S. Kejang Demam. Dalam: Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-4, Jakarta : Media Aesculapius :2014. 102hal.
4. Jones T, Jacobsen SJ. Childhood Febrile Seizures: Overview and Implications. Int. J. Med. Sci. 2007, 4 (2):110-14
5.Gambar 1 : Sisodiya S. Feverish prospects for seizure genetics. Nature Genetic 46, 1255–1256 doi:10.1038/ng.3150. Published online

0 komentar:

Posting Komentar